watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PERTAMA BERSAMA WULAN

Kenalkan, namaku Rahmat, Rahmat Ardiansyah,
sobat-sobat dekatku biasa memanggil Ans.
Tinggiku 173 cm, tapi beratku hanya 55 kg, jadi
aku memang agak kurus. Di kampus, aku
lumayan terkenal karena aku jago basket dan
wajahku lumayan cakep hanya mirip wajah
cewek, jadinnya aku sering dipanggil cowo
cantik atau cowo komik. Karena wajahku ini
juga, aku pernah juara coverboy dan jadi
bintang iklan dua kali. Aku baru berumur 20
tahun November nanti. Asalku dari Jakarta, tapi
sekarang kuliah di Bogor, masih semester 4.
Aku mau berbagi kisah pengalaman seks
pertamaku waktu di SMA. Aku beruntung sekali,
karena pengalam pertamaku bisa kudapatkan
dari ceweku sendiri, malah pertama kalinya aku
dikulumi juga sama dia. Perlu diketahui, aku ini
paling senang dikulumi baik sama cewekku, Bu
Irda yang jadi guru matematikaku atau pun
sekedar teman saja. Jadi kalau ada di antara
pembaca yang merasa jago mengulum, kontak
aku yahh..
Hari pertama di SMA kulewatkan dengan rasa
BT, kenapa..? Karena bayangan SMA yang asik,
gaul dan banyak teman baru, langsung ketutup
dengan kerasnya penataran dari senior-seniorku.
Mana aku hari pertama itu salah pakai celana lagi.
Katanya sih anak baru seminggu pertama tidak
boleh pakai celana panjang dulu dan tetap pakai
celana "monyet" gaya anak SMP, tapi aku tidak
tahu. Yah.., dengan sukses aku kena marah.
Tanda penataranku diambil, terus aku disuruh
menghadap ketua Osis setelah pulang sekolah.
Besoknya sama saja, banyak makian senior
yang masuk ke telingaku, hanya pada waktu aku
sedang dijadikan bulan-bulanan anak kelas dua,
ada senior cewek yang langsung menengahi.
Lagi turunnya keringat dingin serta bulu kuduk
meremang karena masuk angin, eh karena
dimarahin, tiba-tiba ada malaikat menggunakan
seragam SMA yang menyelamatkanku, mana
cantik lagi, selamat deh aku..
Ketika istirahat, aku menghampiri dia hanya
sekedar mengucapkan rasa terima kasihku.
Dengan sopan aku berusaha mengajak kenalan.
"Permisi Mbak, sendirian aja..?" sapaku basa-
basi.
"Iya, lagi ngadem, panas seeh..! Kenapa
emangnya..?"
"Nggak, tadi kan Mbak nolongin saya dari senior,
jadi saya mo bilang makasih aja.."
"Nggak perlu.. lagi, soalnya saya nggak suka aja
ngeliat mereka meloncoin adik kelasnya di
penataran ini!" katanya sambil tersenyum
memamerkan giginya yang bagus.
Dia cantik sekali, sayang senior.
"Eh iya, nama kamu siapa..?" tanyanya.
"Eh iya, lupa ngenalin nama sendiri, nama saya
Rahmat Budiansyah, panggil aja Ans."
"Nama saya Wulan Ratnasari. II sos.. Kamu dari
SMP mana Ans..?"
"Dari SMP *** (edited) Mbak.."
"Eh.., sama dong, tapi gue kok nggak pernah
ngeliat elu yach..?"
"Wahh, nggak tau deh.., abis SMP *** (edited)
kan gede.. Mbak.."
Kemudian kami terlibat obrolan ringan, dan
ternyata dia orangnya asik sekali. Tetapi karena
bel istirahat habis telah berbunyi, aku mohon
diri.
"Udah gitu aja yah Mbak, makasih skali lagi.."
kataku sekaligus pamit.
"Ehh, ntar dulu, masa udah saya tolongin, gitu
aja seeh..?"
"Maksud Mbak..?"
"Yah.., beliin coklat kek..!"
"Loh, tadi katanya nggak perlu terima kasih.."
"Hemm.., kalo coklat sih perlu..!" katanya sambil
senyum manis.
Sialan, dongkol aku dalam hati, "Iyah deh Mbak,
mo nya apaan..?"
"Toblerone aja kali yah..?"
"Gile lu, baru nolong gitu aja minta coklat
mahal..!"
"Yah udah, kalo ada apa-apa nggak gue tolongin
lagi..!"
"Uh.. kalo gini bisa-bisa dia malah
mengusahakan aku biar dimarahin senior lain
nih..!" dalam hati.
"Yah, iya deh.., mo kapan coklatnya..?"
"Besok yah..?"
"Iya deh..!"
Sambil kembali ke kelas, aku menggerutu
sendirian, kirain baik ternyata kadal juga. Wulan
kelas II sosial, anaknya manis, tinggi 170 cm
(masih setelingaku), kulitnya putih bersih,
mancung, bibirnya bagus dan payudaranya
besar (34), rambutnya lurus dengan ujung yang
agak ikal, panjangnya sebahu, jarang diikat, lebih
sering digerai.
Besoknya, setelah seharian ditatar, aku pulang
bersama teman baruku, tapi Wulan sudah
menunggu di gerbang.
"Mana..?" katanya sambil senyum manis.
"Nih..!" kataku sambil menggerutu.
"Makasih yah, eh mo pulang bareng nggak..? Lo
juga naek bis itu kan..?"
Eh, apalagi nih maunya, "Ayo deh..!" kataku.
Sambil pulang, kami berdua banyak ngobrol
macam-macam, dari membicarakan alasan
memilih SMA *** (edited), sampai
curhatcurhatan. Ternyata dia orangnya asyik
sekali. Dan ternyata coklatnya kami bagi dua,
terus kami makan berdua. Iseng-iseng aku
memperhatikan parasnya yang manis, bibirnya,
buah dadanya yang goyang-goyang karena
gerakan bis yang kami naiki, hingga pikiranku
ngeres sendiri.
Ketika sampai di depan gang rumahnya, dia
turun dan minta diantarkan sampai ke
rumahnya.
"Eh.. Ans, anterin gue dong..!"
"Kok..?"
"Yah.., anterin aja.." sekali lagi aku menurut,
senior sih.
Ketika sampai di rumahnya, ternyata rumahnya
besar juga, setidaknya lebih besar dibandingkan
rumahku. Rumahnya tingkat dua, pagarnya di
cat hitam dengan kisi-kisi warna merah,
rumahnya sendiri kelihatan mewah dengan pintu
besar. Catnya putih, halamannya luas dengan
tanaman bunga yang tidak kuketahui namanya.
Di sebelahnya ada garasi yang ketutup,
pokoknya rumahnya bagus deh.
"Ans, masuk yuk..!" ajaknya.
"Eh.. nggak deh, laen kali aja.."
"Ya, hati-hati yah..!"
Besoknya, hari bahkan lebih indah lagi, tiap ada
senior yang ingin memarahi aku, dia langsung
datang dan membelaku. Baru kemudian
kuketahui dari teman sebangku Wulan, ternyata
dia sebenarnya lagi mencoba pendekatan ke aku.
Aku sih senang sekali, soalnya dia memang
manis sekali dan sesuai dengan tipeku. Akhirnya,
setelah dua bulan lebih kami jalan bersama, aku
"nembak" Wulan, dan diterimanya.
Sabtu malamnya, aku secara resmi kencan ke
rumahnya. Setelah berdandan, bedakan dan
merias rambut selama setengah jam, terus
kutelpon Wulan, bilang kalau aku mau datang.
Kencan perdana nih ceritanya.
Jam tujuh malam aku sampai, terus Wulan
menyambutku dengan senyum manisnya.
Wulan mengajakku ngobrol di dalam, alasannya
sih biar tidak dingin. Ternyata rumahnya lagi
sepi, katanya sih karena kedua orangtuanya
pergi ke pernikahan saudaranya. Terus kami
berdua duduk di sofa sambil nonton pesta
Indosiar. Waktu itu Wulan menggunakan baju
"Tank Top" warna kuning kesukaannya dipadu
celana Jeans straight warna coklat. Baju ketatnya
memperlihatkan perutnya dan buah dadanya
yang ketekan, apalagi BH-nya dari kain, sehingga
putingnya terlihat menonjol dari balik kaosnya.
"Ans.. Lu tau aja kalo rumah gue lagi sepi.."
"Emang gue nggak tau.., emangnya kenapa
sih..?"
"Enggak.., romantis aja.." kata Wulan sambil
menyandarkan bahunya ke pundakku.
Aku ingat sekali wangi rambutnya, segar sekali
waktu itu. Sambil mencium rambutnya yang
wangi, kupeluk bahu Wulan dan kudekap dia
keras-keras.
"Rambut kamu wangi deh..!"
"Eh.. ancur ntar badan gue neeh..!"
"Mana mungkin ancur, kan toket elo gede, jadi
ada yang nahan.." kataku sambil tertawa.
"Ihh.. porno.." sambil mencoba melepaskan
pelukanku, "Tapi emangnya toket gue gede..?"
"Iyah, gede banget, bagus banget lagi.."
"Ihh.. kaya yang pernah liat aja." tawanya.
"Makanya, kasih liat dong..!"
"Enak aja..!" sambil tertawa dan mencubitku.
"Lan.." bisikku mesra sambil mengelus
rambutnya, "Gue cinta sama elo.." sambil
mencium telinga terus lehernya.
"Sshhtt.. geli ah.. Ans..!" bisiknya.
"Elo cinta nggak sama gue..?" kucium lehernya
sambil sesekali menggigit lembut.
"Iyah.., shhtt.. Wulan cinta Ans.. Aaahh..!"
teriaknya kecil waktu kuremas lembut buah
dadanya dari luar.
Lalu mulutku pindah ke bibirnya yang seksi
berwarna merah jambu itu dan mulai mencium
Wulan. Untungnya Wulan merespon ciumanku
dengan menghisap bibir bawahku. Setidaknya
kutahu kalau Wulan tidak marah karena aku
agresif duluan. Terus kumasukkan lidahku ke
dalam mulutnya yang langsung dihisap Wulan.
Merasa tidak puas hanya dari luar saja,
kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan
mulai meremas lembut buah dadanya.
"Pelan-pelan saja, yang penting Wulan
menikmati.." kataku dalam hati.
Terus Wulan mulai menggelinjang waktu puting
susunya kupilin-pilin dengan jariku, sesekali
kucubit dan kutarik-tarik. Yang direspon Wulan
dengan makin kuat menyedot lidahku sambil
tangan kirinya meremas pantatku.
"Lan, Sayang.., Ans buka yah bajunya..?"
"Mo ngapain kamu Ans..?" katanya setengah
kaget.
"Nggak diapa-apain, diciumin aja kok.. Yah..,
boleh yah sayang..?" sambil menjilat lehernya
yang putih jenjang.
Sebenarnya sih aku sudah senang sekali bisa
begitu, hanya aku ingin menghisap buah
dadanya juga.
"Iyah deh, tapi pelan-pelan yah..!"
Langsung kuangkat bajunya sambil terus
mencium bibirnya. Setelah dia bugil pinggang ke
atas, aku juga melepas kaosku sendiri.
"Lan, toket lu bagus banget..!"
"O ya..?"
"Iya.., putih, mulus, padet dan bunder lagi..!"
kataku sambil memilin-milin puting susunya
yang berwarna pink, "Ukuran berapa sih..?"
tanyaku lagi.
"34."
"Oohh.. enak nggak Lan..?" tanyaku sambil
meremas buah dadanya, tapi dia malah menarik
kepalaku ke buah dadanya, maka semakin
bernafsunya kuhisap payudaranya.
"Ssshhtt.., Annsshh. Geli Ansshh.., truss..
oohh..!" kuciumi puting buah dadanya yang
berwarna pink.
Dia mengeluh, "Ah.., Annsshh.." sambil
menggelinjang.
Putingnya kuhisap sampai dia terus menyentak-
nyentak.
"Uhh.. enak Anssh.."
Tanganku mulai merayap ke balik celana
pendeknya. Dia membuka sedikit pahanya, wah
udah basah nih CD-nya. Lalu kuhentikan
hisapanku dan mulai menjilat kulit di antara
kedua buah dadanya. Semakin lama jilatanku
semakin turun hingga ke perutnya, lalu tanpa
melepas jilatan pada perutnya yang putih, aku
melepas celananya hingga Wulan bugil total.
Merasa Wulan sudah pasrah dengan apa yang
akan kulakukan, kumulai melanjutkan menjilati
sekitar bibir kemaluannya sambil melihat sesekali
ke matanya yang menutup. Aku menjilati
pangkal paha hingga ke bibir vaginanya.
Pantatnya bergerak-gerak menikmati jilatanku,
terasa cairan yang sudah banyak mengalir
hingga liangnya basah sekali dan baunya agak
aneh, sedikit asam dan rasanya nggak asam.
"Akhh.., Ansshh.. ehhmm.. uusshhtt.. Iyah
Ansshh di situ uuhhsshhtt.."
Lalu aku menempelkan jariku ke klitorisnya dan
mulai menggesek-geseknya sambil sesekali
kutarik. Pertama kali kusentuh klitorisnya, Wulan
langsung seperti tersengat listrik, membuatku
ingin segera menjilati lagi bibir kemaluannya.
Lalu belahan kemaluannya kubuka dengan dua
jari, baru kali ini kulihat vaginanya secara
langsung. Ternyata seperti itu kemaluan cewek
yang berwarna merah muda dengan dua lubang
di atas dan di bawah, yang atas buat kencing.
Dekat lubang kencing ada klitoris yang
bentuknya kecil.
"Ansshh, isepin lagi dong kayak tadi..!" katanya
memelas, menyadarkanku dari lamunan karena
baru sekali itu melihat kemaluan cewek.
Tanpa diminta dua kali, kuhisap lagi klitorisnya.
Ternyata reaksinya membuatku kaget, badannya
melengkung, tangannya tidak henti-hentinya
menjambak rambutku sambil menekan kepalaku
ke arah liangnya, sementara mulutnya
mendesis-desis sambil sesekali memanggil
namaku.
"Ooohh.., Annsshtt.. iyah, enak banget.. aahh..
Teruss sayang.. Ooohh.. Uuuhh.. Aowww..
Ahh.. Aduhh, Ans.. nikmat.. nikmmaatt.. Ans,
lebih dalam..!"
Aku terus menjilati dan menghirup udara dari
liangnya, emh.. enak juga.
Lagi enak-enaknya menghisap klitorisnya sambil
tangan kiriku mengocok batang kejantananku
sendiri (habis tidak tahan sih), tiba-tiba Wulan
teriak keras dan kemaluannya jadi becek sekali
sampai masuk ke mulutku cairannya. Kemudian
kuketahui bahwa dia sudah sampai pada
orgasmenya. Dengan tubuh basah oleh keringat,
Wulan jadi kelihatan seksi sekali, apalagi
tubuhnya telanjang dengan buah dada besar
yang terpampang tanpa penutup. Sementara
kedua kakinya mengangkang dengan cairan
klimaksnya masih menetes-netes. Melihat dia
yang sudah merasa puas, membuat batang
kemaluanku terasa berdiri dengan kerasnya.
"Sini Ans.." katanya memanggilku, tangannya
menarik tanganku, sementara bibirnya
tersenyum, "Makasih Ans, tadi luar biasa banget,
gue nggak pernah ngerasa kayak gitu.."
senyumnya manis.
"Sama-sama Sayang, abis Ans sayang banget
sama Wulan.." lalu Wulan tersenyum dan mulai
mencium bibirku.
"Lan sayang.., kocokin dong punya Ans..!"
sambil tersenyum dia mulai mengocok batang
kejantananku yang sudah keras sekali dari luar
celana.
"Punya kamu gede yah..? Wulan keluarin yah..?"
sambil melepaskan celanaku.
"Silakan aja..!"
Lalu batang keperkasaanku yang sudah tegang
itu dikocok dengan lembut.
Gila, pertama kali dikocokin sama cewek sendiri
rasanya enak sekali, sepertinya Wulan tahu kalau
aku keenakan.
Sambil tersenyum dia bilang, "Diapain Ans biar
enak..?"
"Ehh.. tunggu deh..!" lalu kubenarkan posisi
dudukku.
Aku membuka kakiku sambil agak rebahan ke
belakang biar rileks.
"Wulan sayang, pijitin dong kantung pelirnya..!"
"Ini yah..?" tanyanya.
"Iya digituin.., aauuhh.. Wulan, enak Lan.. lebih
keras dong ngeremesnya..! Cepetan dikit
ngocoknya, iyah.. gitu.. uuhh..!"
Tanpa kusuruh dia menjilat kepala batang
kejantananku, aku kaget campur senang.
"Iya Lan.., diisep Lan..! Ayo dong Sayang..!"
Lalu sambil tersenyum, Wulan langsung
menghisap kepala kemaluanku.
"Aaahh.. Lan.. Lan please isepin yang dalem,
iyah gitu..!"
Jemarinya yang lembut memegang batangku
dengan hati-hati, meraba setiap lekuknya. Wulan
menggunakan kedua tangannya untuk
mengenali sudut demi sudut, memegangnya
dengan penuh perasaan. Matanya terpejam.
Dengan ibu jari kanannya, dia melakukan
gerakan memutar. Lalu wajahnya semakin
turun.Dengan mata terpejam, Wulan menjilati kepala
adikku. Perlahan dia memasukkan kembali ke
mulutnya. Terasa hangat sekali. Aku merasakan
keringatku mengalir keluar. Dengan ahlinya
Wulan memaju-mundurkan kepalanya,
memutar lidah di dalamnya, menggelitik
kemaluanku. Setengah lebih saja yang dapat
masuk ke mulutnya. Kejantananku
dikeluarkannya, lalu dikecupnya perlahan-lahan.
Aku merintih. Luar biasa. Tanganku pun bermain
ke payudaranya. Meremasnya, memilin
putingnya satu persatu. Tubuh Wulan
meregang. Dia mendesis. Tanganku pun
bermain ke payudaranya yang satu lagi.
Meremasnya, memilin putingnya satu persatu
juga. Tubuh Wulan meregang. Dia mendesis.
"Lan udah, ntar lagi..!" kataku sambil kucium
bibirnya, "Enak banget Wulan, makasih yah..!"
Wulan menggangguk dengan tersenyum manis.
Kami berdua berdiri, tanganku kulingkarkan ke
pinggangnya, merengkuhnya, membelit tubuh
mungilnya. Kuangkat tubuhnya. Kakinya
menapak sofa. Kepalaku langsung berhadapan
dengan buah dadanya. Kembali kuciumi dengan
lembut, kujilati belahan dadanya. Lalu hidungku
kutekankan di situ. Kuhisap dan usap tubuhnya.
Sementara tanganku meremas-remas bukit
pantatnya, jari tengahku iseng mengesek lubang
pantatnya. Kucucup puting susunya yang
mengeras berdiri tegak mengacung. Dengan
lidahku kusentil-sentil benda elastis itu. Wulan
semakin meronta. Kelihatan sekali kalau Wulan
keenakan. Kuku tangannya mencakar
punggungku. Tangan kiriku beralih dari
pantatnya menuju kerimbunan rambut di
pangkal kedua kakinya. Wulan menggelinjang
ketika jariku menyentuh sebentuk daging kecil di
situ untuk kesekian kali. Daerah kewanitaannya
telah basah.
Aku terus menggosok-gosok klitorisnya,
terkadang memilinnya dengan telunjuk dan ibu
jari. Sementara payudara kanannya kugigit-gigit.
Wulan menjerit penuh nafsu, "Ah, Ans..
nikmatnya.. Auugh..!"
Tangannya menggapai-gapai meraih
kejantananku, mengusapnya, mengocoknya.
Aku pun merasakan kenikmatan yang luar biasa
ketika jempolnya mengusap kepala kejantananku
dengan lembut. Jari tengahku yang berada di
daerah rahasianya mulai merasuk, menuju ke
dalam lubang kenikmatannya. Wulan menjerit,
lalu ditahannya dengan menggigit bahuku.
"Sakit Ans..!" katanya.
Lalu kuperhalus gerakannya sehingga Wulan
mulai nikmati jariku yang maju mundur di situ.
Lubang sempit itu bertambah basah. Jari
tengahku berputar-putar di dalamnya. Wulan
menegang. Badannya mengejang. Sepertinya
dia sudah orgasme lagi.
"Ans.. Wulan sudah nggak tahan nih..!"
"Shh, tenang Lan. Nikmatin aja. Lu kepingin
diginiin kan..?"
"Iya, iya.. Ans. Cumbuiin gue dong..!"
Kuremas-remas pantatnya, dan Wulan pun
terkulai lemas.
"Masukin punya lu, Ans..!" bisiknya meminta.
"Elu mau..?"
Anggukkannya menjadi jawaban, "Iyah.., lakuin
aja Ans. Gue percaya sama lu.."
Lalu kupegang batang kejantananku untuk
mengarahkannya ke selangkangannya.
Jantungku berdebar-debar juga, soalnya ini akan
menjadi yang pertama juga buatku, jadi aku
berusaha selembut mungkin, takut menyakiti
Wulanku. Maka lebih baik kubuat Wulan rileks
dulu. Terus Wulan menjerit kembali saat kepala
kejantananku menyentuh vaginanya. Kugesek-
gesekkan sesaat di klitorisnya, memberinya
rangsangan sebanyak mungkin agar
kemaluannya banjir lagi. Dia meronta.
"Masukkin Ans..! Masukkin.., please..!" teriaknya
serak.
Kedua tangan Wulan memegang sofa. Aku
meraih pinggangnya. Lalu dengan perlahan,
kuturuni tubuhnya. Aku menahan nafas saat
batang kejantananku masuk ke lubang
senggamanya.
"Slepp..! Aahh..!" cengkeraman pada kepala
kemaluanku membuatku serasa naik ke surga.
Kejantananku merasakan kehangatan liang
senggama wanita untuk pertama kali. Wulan
mendesah, lantas melenguh ketika badannya
yang ringan itu kugerakkan naik turun. Kakinya
yang tadi terkangkang lebar, saat ini telah
melingkar, mencengkeram pinggangku. Terus
kumainkan kelelakianku di dalam vaginanya yang
sempit dan halus. Lalu mulai ada rasa memijat
yang dirasakan oleh batangku.
"Oooh.. Oah, kamu luar biasa Lan. Oooh. Ugh..!"
desahku.
Wulan pun mengeracau, menikmati keperkasaan
yang menerobos lubang kenikmatannya.
"Lan.., sakit nggak..?"
"Mmmhh.., aahhsshh..!" Wulan mendesis akibat
nikmat dan sakit yang dirasakannya.
Kucoba mencari variasi dengan memutarkan
pantatku saat memompa liangnya sehingga
pantat Wulan ikut bergoyang-goyang akibat
gerakanku.
"Ans, nikmat.. terusshh.. akhh.. Ans.., lagi..!
Jangan berhenti..!"
Lalu pantatnya kini bergerak naik turun sambil
berputar-putar, aku jadi ingin keluar karena
melihat betapa seksinya Wulanku ini
memutarkan pantatnya di atas kejantananku.
Apalagi wajahnya memperlihatkan nafsu sekali.
Sampai akhirnya kurasakan tekanan kakinya
menjadi lebih bertenaga, membuatku tidak dapat
lagi menaik turunkan tubuhnya. Wulan telah
mencapai langit kenikmatan, pikirku. Kubiarkan
tubuhnya terkulai. Istirahat sambil menikmati
gelombang kenikmatan yang menerpanya.
Kutarik Wulan hingga berbaring di dadaku.
Wulan menatapku sambil tersenyum.
"Nikmat banget Ans.., makasih yah.."
"Harusnya aku yang bilang gitu Wulan sayang.."
lalu kucium dia dengan lembut.
"Ayo Ans.. lagi..!" katanya.
"Elo belom cape..?" Wulan hanya menggeleng
dan tersenyum.
"Lan sayang, elo nungging deh..!"
Dengan nurutnya dia langsung nungging, lalu
aku langsung memasukkan lagi batang
kemaluanku ke liang keperawanannya yang baru
saja kuraih. Masih sempit dan susah sekali.
Kuhujamkan batang kemaluanku berulang-
ulang, kadang cepat kadang lambat. Aku suka
sekali melihat buah dadanya yang goyang-
goyang setiap kusodok liangnya. Sambil
kusodok, kuremas buah dadanya. Wulan
mendesis-desis sambil memanggil namaku.
Nikmatnya membuat kakiku lemas, nikmat
sekali. Kucoba menghayati setiap tusukan dan
tarikan, kunikmati erangannya, kunikmati denyut
demi denyut yang datang silih berganti,
kenikamatan dari pijatan dinding kewanitaannya
yang meremas-remas kemaluanku, benar-benar
luar biasa.
Sampai ketika aku mencoba mempercepat
tusukannya sambil meremas bongkahan
pantatnya yang membulat, Wulan mulai
mengejang-ngejang lagi, bibirnya mendesis
sambil sesekali memanggil namaku. Kupelankan
tusukanku, mencoba membuat Wulan semakin
menikmati gesekan batang kejantananku pelan-
pelan, sehingga tidak lama Wulan mulai
orgasme lagi. Tangannya menarik tanganku dan
membimbingnya untuk meremas payudaranya.
Kuremas buah dadanya pelan-pelan dengan
kedua tanganku sambil badanku telungkup di
atas badannya. Kemudian kuciumi
punggungnya, sementara tusukanku kuhentikan,
lalu Wulan ambruk.
Tangannya sudah tidak kuat menyangga, terus
tanpa mencabut batang kejantananku, aku
membalikkan badannya sehingga kami berdua
berhadap-hadapan, terus dia memelukku.
"Gimana Sayang..?" tanyaku, tapi Wulan diam
saja, hanya mempererat pelukannya sambil
sesekali mencium dada dan pipiku.
"Sayang..? Enak nggak..?"
Lalu dia mengangguk, "Enak banget, suer..
Makasih yah Ans.., gue seneng banget beginian
sama lu.."
"Tapi Lan.., gue belom nyampe nih..!"
"Jadi mo diapain..?"
"Ehmm.., gimana kalo lu nyepongin gue sampe
gue keluar..?"
"Ayo..!" katanya sambil melepaskan pelukannya
dan mulai mengambil posisi di depan
selangkanganku.
Setelah aku membenarkan posisiku, aku
bersandar ke dinding, membuka pahaku sambil
ditekuk, sehingga batang kejantananku berdiri
tegak tepat di depan wajah Wulan. Sambil
kubelai rambutnya, dia mulai mengulum batang
kemaluanku, tetapi kali ini Wulan sudah lebih
pandai mengulumnya, setidaknya lebih enak
deh. Bibirnya yang mungil mencium kepala
keperkasaanku seluruhnya dari atas sampai biji.
Diciuminya sambil dijilat-jilat, tidak lupa bulu
kemaluanku dirapihkan dengan lidahnya juga.
Rasanya nyaman sekali, apalagi waktu
tangannya dengan halus mengocok batang
kejantananku. Enak sekali rasanya, geli terus
dingin.
Setelah semua bagian selangkanganku sudah
basah oleh lidahnya, dia mulai memasukkan
batang kejantananku ke mulutnya.
"Slebb.. Hubb.. ehhmmff.. shh.." itu yang keluar
dari mulutnya, sementara aku sendiri mulai
mendesah tidak jelas.
Waktu itu aku setengah tidak percaya, karena
ada cewek cakep, manis, putih, mancung,
bibirnya seksi lagi mengulum kemaluanku,
sementara buah dadanya bergoyang-goyang
karena gerakan kepalanya sendiri. Pemandangan
itu membuatku gemetaran saking enaknya. Aku
sendiri dengan sedikit memaksa menekan
kepalanya, sehingga batang keperkasaanku
keluar masuk di mulutnya sampai Wulan batuk-
batuk, karena batang kejantananku menusuk
tenggorokannya dalam sekali, padahal belum
masuk semuanya.
"Sayang, masukin semuanya dong please..!"
"Mmmpphh.. nggak bisa Ans.., udah pol nih..!"
katanya sambil senyum.
Sesekali batangku membentuk pipinya dari
dalam, sehingga pipinya terlihat menyembul.
Agaknya karena terangsang sekali oleh wajahnya
yang imut dan seksi waktu mengulum batang
kemaluanku dan karena hisapannya memang
keras dan nikmat, membuatku serasa terbang ke
langit ketujuh. Aku dapat merasakan batang
kejantananku mulai berdenyut-denyut nikmat,
tanda mau memuncratkan spermaku.
"Aaahh.., Wu.. Wulan, isep yang keras Laann..
kocokin cepet.. cepet.. aakkh.. Wulann..!"
teriakku melepaskan kenikmatan yang sepertinya
tidak berhenti-henti.
Setelah memuncratkan sperma berkali-kali ke
mulut Wulan, baru kumulai sedikit lega dan
mulai bernafas tersengal-sengal.
"Aaahh.. Sayang, makasih yahh..!"
Lalu tanpa kuduga, spermaku ditelan semuanya.
Dan karena belum puas, dia juga menjilati lagi
batang kemaluanku.
"Sayang.., enak yah rasanya..? Sampe ditelen
semuanya.."
"Abiss bingung mo diapain, mo dibuang
sayang, soalnya ini sperma kamu, mo didiemin
di mulut terus agak bau, yah udah Wulan telen
aja semuanya.."
"Tapi enak nggak..?"
"Ntar juga kebiasaan.." katanya.
"Deehh.., seneng yah nyepongin punya Ans..!"
"Nggak juga sih, cuman rasanya asik aja
ngisepin punyamu sambil liatin kamu yang
keenakan, ngerangsang banget..!"
"Kalo gitu ntar-ntar Ans minta disepongin lagi
yah..?"
"Boleh. Kapan aja juga boleh..!"
"Bener nih..? Awas yah kalo bohong..!"
"Iyah.. janji.. asal Ans juga mau ngisepin punya
Wulan lagi yahh.., abis tadi enak banget sih..!"
katanya sambil berbaring di sampingku.
"Iyah deh..!"
Lalu setelah istirahat sambil berpelukan, kami
berdua mandi bersama sambil tidak lupa main
lagi sekali. Setelah itu kami masak nasi goreng
bersama. Ternyata ketika aku sedang memasak
nasi goreng, Wulan iseng dan mengulum
kemaluanku lagi sambil aku tetap berdiri.
Akhirnya aku mengalami ejakulasi lagi setelah
dikulum Wulan setengah jam. Lemas sekali
rasanya hari itu. Terus kami makan sambil saling
bersuapan, pokoknya mesra sekali.
Jam setengah sebelas aku pamit pulang. Setelah
janjian bertemu lagi di sekolah besok Senin, kami
berciuman lama sekali, soalnya aku merasa
sayang sekali sama Wulan. Sebelum aku keluar
pagar, dia kembali meminta mengulum
kemaluanku sekali lagi, buat besok katanya.
Sayangnya batang kejantananku sudah lelah dan
enggan berdiri lagi, jadinya tidak bisa tegak,
padahal aku masih nafsu. Akhirnya kubantu
dengan meremasremas buah dadanya sambil
berdiri, Wulan juga menjepitkan batangku di
belahan dadanya, terus digesek-gesek. Karena
hanya itu, spermaku tidak keluarkeluar, tetapi
setelah dipaksakan dengan mengocok yang
keras dan menghisapnya juga keras sekali
sambil digigit-gigit kecil, spermaku memuncrat
juga. Karena keluarnya dipaksa, jadinya agak
sakit tapi nikmat sekali. Dan sama seperti tadi,
semua spermaku ditelen Wulan, walaupun tidak
banyak, paling empat tetes. Setelah itu baru aku
pamit pulang.
Setelah kunaik ke motor, kami berciuman manis
sekali.
Sampai di rumah, aku langsung menelpon dia
dan bilang, "Wulan, Ans sayaang deh.. sama
Wulan.."
Yah, sepertinya hanya sampai disitu pengalaman
pertamaku making love, itu termasuk
pengalaman seksualku yang paling indah lho..! O
yah, sejak saat itu, aku sering sekali bercinta
dengan Wulan, atau paling tidak dikuluminya
saja batang kemaluanku. Kadang di sekolah, di
kamar kecil Maal, di ruang kelas, di wartel, di
warnet, di kursi belakang mobilku, di pos hansip,
sampai yang paling gila di depan teman-teman
ceweknya yang hanya untuk memperlihatkan
cara mengulum kepunyaan cowok. Kami
memperlihatkan seperti apa waktu cowok
memuncratkan sperma.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/901
U-ON

inc Powered by Xtgem.com